Skip to main content

Teknik Pengucapan Bunyi Vokal Bahasa Jawa (bag.1)

 Update:
Belajar bahasa Jawa sama dengan belajar bahasa lain. Ada 3 (tiga) teknik untuk dapat menguasai bahasa ini yaitu:
1. Belajar pengucapan bunyi
2. Menghafal kosa kata
3. Belajar tata bahasanya

Nah, untuk langkah awalnya, kita belajar dulu teknik pengucapan bunyinya sekaligus menghafal kosa katanya yah.

Dalam percakapan bahasa Jawa pengucapan bunyi sangatlah penting, salah sedikit saja bisa berbeda arti. Misalnya, kata "lara" yang berarti sakit dan kata "loro" yang berarti angka dua. Nah kali ini kita akan membahas tentang teknik pengucapan bunyi vokal dalam bahasa Jawa.

a.) Huruf Vokal "a"
1. Ada dua macam pengucapan jenis huruf vokal "a" yaitu diucapkan sebagai huruf "o" seperti pada kata "kosong, dan lorong". Oke sekarang Anda praktekkan pada kata-kata berikut di bawah ini (ini juga akan menambah kosakata bahasa Jawa Anda).
Note: Huruf "a" saya tulis tebal sebagai tanda bacanya.
- randa dibaca "rondo" berarti janda dalam bahasa Indonesia
- jaka dibaca "joko" berarti jejaka
- gawa dibaca "gowo" berarti bawa
- waja dibaca "wojo" berarti gigi
- lara dibaca "loro" berarti sakit
- mara dibaca "moro" berarti datang
- lawa dibaca "lowo" berarti kelelawar
- maca dibaca "moco" berarti membaca
- pasa dibaca "poso" berarti puasa
- mrana dibaca "mrono" berarti ke sana
- kana dibaca "kono" berarti sana
- wana dibaca "wono" berarti hutan

Contoh di atas adalah beberapa kosakata dalam bahasa Jawa yang menggunakan huruf vokal "a". Ingat sekali lagi, huruf vokal "a" seperti pada contoh di atas dibaca sebagai huruf "o" seperti pada kata "lorong". Nah, coba ucapkan kata-kata di atas sekali lagi.

2. Oke, sekarang pengucapan huruf vokal "a" dibaca sebagai huruf "a" seperti pada kata "papan, wajan". Kini giliran anda praktek mengucapkan kata-kata berikut di bawah ini:
Note: Huruf "a" saya tulis standar sebagai tanda baca.
- gawan dibaca "gawan" berarti bawaan
- sarapan dibaca "sarapan" berarti makan pagi
- bal dibaca "bal" berarti bola
- kapan dibaca "kapan" berarti kata tanya yang menanyakan waktu
- papat dibaca "papat" berarti angka empat
- ora dibaca "ora" berarti tidak
- lawang dibaca "lawang" berarti pintu
- nyawang dibaca "nyawang" berarti melihat
- balang dibaca "balang" berarti lempar

Nah, biasanya (sebagian besar) untuk huruf vokal "a" dibaca sebagai "a" terdapat pada kata yang diakhiri konsonan mati. Misalnya, kata "gawan" jika huruf "n" dihilangkan maka akan dibaca "gowo" seperti contoh-contoh nomor satu. Sekarang praktekkan sekali lagi dengan mengucapkan kata-kata di atas.

Saya kira sekian dulu deh belajar bahasa Jawa kali ini. Pada postingan selanjutnya, InsyaAllah saya akan melanjutkan mengenai teknik pengucapan bunyi vokal bahasa Jawa lainnya.

Comments

  1. Blog yang bagus ...
    Mas... kalau nggak salah ni ya? sepertinya kalau nulis nama orang tetap pakai huruf 'o'
    Jadi nulis Suroso dalam bahasa Jawa ya tetap Suroso, tuh nulis Solo juga udah bener. Contoh lain: Diponegoro
    Kalau kata kerja dll memang ditulis dengan huruf 'a' tetapi dibaca 'o'
    cmiiw
    keep posting... ditunggu

    ReplyDelete
  2. ya saya setuju mas, untuk penulisan nama atau tempat memang ada kekhususan. Mengapa? Untuk penulisan nama dan tempat tampaknya mengacu pada bahasa indonesia jadi menurut saya memang agak rancu namun sudah menjadi kelumrahan. Ada juga orang yang masih memakai "a" pada nama. Makasih mas atas sumbang sarannya. Klo mas minat, saya mengundang mas untuk mengisi konten blog ini hehehehe. Gimana?

    ReplyDelete
  3. Mas, untuk mempermudah, kenapa tidak menggunakan aksen saja? Akan lebih mudah dimengerti jika menggunakan aksen daripada menebalkan huruf :)

    contoh:
    - å untuk "måcå"
    - á untuk "prákårå"
    - a untuk "dalan"
    - ê untuk "mênêng"
    - é untuk "séjé"
    - è untuk "yèn"
    - i untuk "bathi"
    - í untuk "mulíh"
    - u untuk "urang"
    - ú untuk "mabúr"
    - o untuk "obah"
    - ó untuk "wóng"

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apa Itu Kalawarti dan Ariwarti?

Jumpa lagi Dulur, para pecinta Bahasa Jawa :) Terima kasih atas atensi Dulur-Dulur semua yang merasa memiliki bahasa ini. Kali ini saya akan membahas tentang Kalawarti dan Ariwarti. Kalawarti yaitu surat kabar berbahasa Jawa yang diterbitkan tidak setiap hari. Sedangkan Ariwarti adalah surat kabar berbahasa Jawa yang terbit setiap hari. Kalawarti dan Ariwarti menjadi alat untuk menghidupkan dan melestarikan kesusastraan Jawa karena banyaknya karya sastra Jawa yang dikutip di dalamnya. Oleh karena itu, pada angkatan tahun 50-an, juga disebut sebagai sastra majalah. Menurut waktu terbitnya, kalawarti/ariwarti bisa dinamakan antara lain : dwikala (terbit dua kali sebulan), saptawarti (surat kabar mingguan), dasawarti (terbit setiap sepuluh hari), candrawarti (surat kabar bulanan) dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh-contoh Kalawarti dan Ariwarti yang pernah terbit : Kejawen (1926) Bromartani (1885) Jurumartani (1886) Dharmo Kondho (1899) Retno Dunilah (...

Mari Mengenal Istilah Bocah Sukerta

Jumpa lagi Dulur :) Apa kabarnya? Semoga Gusti Allah selalu memberi keselamatan dan kesehatan bagi Anda semua. Saya mau membagikan tulisan mengenai Bocah Sukerta. Menurut kepercayaan orang Jawa, ada istilah Bocah Sukerta yang berarti seorang anak atau bocah bisa selamat dan hidup harus diruwat dengan slametan, sesaji dan mengadakan pentas wayang kulit dengan lakon "Murwa kala". Jika sudah diruwat, bocah sukerta tadi bisa tidak menjadi mangsa Bathara Kala sehingga bisa selamat hidupnya. Boleh percaya, boleh tidak ya :) , saya hanya membagikan sebuah pengetahuan di sini. Nama-nama bocah sukerta: 1. Bocah ontang-anting : anak laki-laki satu-satunya / tunggal tidak punya saudara 2. Bocah unting-unting : anak perempuan satu-satunya / tunggal tidak punya saudara 3. Bocah uger-uger lawang : anak dua bersaudara lelaki semua 4. Bocah kembang sepasang : anak dua bersaudara perempuan semua 5. Bocah Cukul Dhulit : anak tiga bersaudara perempuan semua 6....

Teknik Pengucapan T, TH, D, DH

Sekarang kita sampai pada teknik pengucapan bunyi konsonan "t,th,d, dan dh". Nah, untuk keempat huruf ini sering terjadi kesalahan bahkan sebagian orang Jawa asli sendiri pun ada yang salah dalam mengucapkan. Salah ucap berarti beda arti. Langsung aja mari dimulai: 1. Bunyi "t". Bunyi ini juga disebut "t tipis". Tekniknya adalah pada saat Anda mengucapkan "t" ujung lidah menyentuh gigi seri bagian atas . Anda coba sekarang ucapkan kata ini: " te ". Berikutnya adalah contoh kata yang menggunakan "t tipis": - tuman-ketagihan - tuku-beli - turu-tidur - t e lu-tiga 2. Bunyi "th". Bunyi ini juga disebut "t tebal". Nah, tekniknya adalah ketika Anda  mengucapkan "th" tekuklah ujung lidah hingga menyentuh langit-langit mulut bagian depan. Coba ucapkan kata ini : " the ". Ini dia contoh kata yang menggunakan "th": - c e th a -jelas - kuth a -kota 3. Bunyi "d...